Sambut New Normal, Industri Pariwisata Perlu Fasilitasi Pendanaan Pemerintah
MANGUPURA – baliprawara.com
Dunia pariwisata yang dulu gemerlap, kini mati suri terdampak pandemi Covid-19. Dengan zero kunjungan wisatawan, banyak hotel yang sekarang sepi aktivitas dan mulai terlihat gelap. Kamar-kamar yang dulunya harum dengan aroma therapy, sekarang terasa pengap akibat kurang terawat.
Seperti hotel di kawasan Tuban, Kuta, H Sovereign Bali. Hotel yang berlokasi dekat dengan Bandara Ngurah Rai ini dulunya selalu ramai wisatawan. Dengan total 198 kamar, tingkat hunian hotel atau okupansi sebelum pandemi Covid-19 mencapai 80 persen. General Manager (GM ) Hotel Sovereign Bali I Made Ramia Adnyana, Sabtu (13/6), mengatakan, saat ini kondisinya berbanding terbalik. Hotel yang dikelolanya benar-bemar zero atau tanpa pendapatan.
Meski aktivitas hotel nihil, namun biaya-biaya yang dikeluarkan manajemen untuk maintenance tetap jalan. Ini dilakukan supaya kondisi hotel tetap terjaga, untuk bisa menyambut kembali kondisi new normal. “Juni-Juli rencananya akan dibuka kembali. namun dengan persiapan-persiapan sesuai dengan konsep new normal,” katanya.
Lebih jauh dikatakan Ramia, dengan adanya pandemi Covid-19, produk lifecycle yang ada di ekonomi pariwisata berhenti semua. Seperti aktivitas suplier sayur, minuman, dan lain-lain. “Inilah dampaknya. Kami sebagai pelaku pariwisata memohon kepada pemerintah untuk membantu dengan memberikan bailout atau soft loan, tentu dengan syarat dan ketentuan. Mengingat biaya operasional yang kita butuhkan selama 6 bulan sebesar Rp 7,5 miliar sampai Rp 10 miliar. Bila ini diberikan oleh pemerintah dengan return sanpai tahun 2022, maka bisa bertahan untuk mengantisipasi fase recovery dari bulan Juni- Desember,” ucapnya.
Terkait hal itu, pihaknya mengaku sudah menyampaikan ke pemerintah daerah, pemerintah pusat melalui PHRI. (MBP1)