Tantangan Para Yowana Saat Membawa Ogoh-ogoh, Lokasi Festival di Puspem Badung Perlu Dievaluasi

Salah satu ogoh-ogoh, sudah tiba di Puspem Badung. (ist)
MANGUPURA – baliprawara.com
Ogoh-ogoh terbaik dari 7 zona di Badung, sudah dibawa menuju Puspem Badung untuk diikutkan dalam Festival atau pawai Ogoh-ogoh, Sabtu 15 Maret 2025. Namun demikian, selama perjalanan menuju puspem badung, banyak menuai keluhan dari masyarakat. Hal itu karena selain Selain kepadatan lalu lintas, proses perjalanan ogoh-ogoh juga dihadapkan dengan masalah kabel melintang, pepohonan, sehingga proses perjalanan memakan waktu cukup lama dan rentan rusak. Kondisi inipun mendapatkan evaluasi dari masyarakat Kuta Selatan.
Menurut Ketua Listibiya Kecamatan Kuta Selatan, Wayan Deddy Sumantra, semangat para yowana untuk mengikuti parade di Puspem Badung sangatlah tinggi. Selain dari sisi tenaga, mereka juga mengeluarkan biaya untuk proses pengangkutan ogoh-ogoh yang mencapai sekitar Rp50 juta untuk pulang-pergi. Sayangnya, kendala di lapangan membuat kondisi ogoh-ogoh ada yang patah.
Hal itu menurutnya perlu mendapatkan perhatian untuk dilakukan evaluasi kedepan. “Ini harus dipersiapkan dengan matang mulai dari pengangkutan, pengawalan jalur yang dilalui serta bagaimana kesiapan tempat. Ogoh-ogoh ini kan menginap disana, tempatnya juga seyogyanya representatif bagi yowana yang disana,” kata Deddy, Kamis 13 Maret 2025.
Ia menyayangkan kondisi yang dihadapi para yowana dalam membawa ogoh-ogoh ke Puspem Badung. Selain kemacetan, proses pembawaan ogoh-ogoh juga dihadapkan dengan kondisi kabel yang semrawut dan pepohonan yang lebat pada jalur yang dilintasi.
Kondisi tersebut tentu cukup menyakitkan, ditengah semangat para yowana berkreatifitas dan melestarikan tradisi. “Mereka rata-rata berangkat sejak malam, sampainya pagi di Puspem. Itupun tidak semua sampainya pagi. Ini menjadi perjalanan yang sangat melelahkan bagi para yowana,” ucapnya.
Keluhan para yowana juga mendapatkan respon dari Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta. Ia mengaku mendapatkan sejumlah keluhan dari Yowana Pecatu yang membawa ogoh-ogoh mereka ke Puspem Badung. Mereka mengeluh perjalanan membawa ogoh-ogoh ke Puspem cukup menguras waktu dan tenaga. Untuk sampai di Puspem, para yowana menempuh waktu 12 jam dengan berbagai kendala yang dihadapi, seperti kemacetan, kabel melintang dan dahan pohon yang rendah. “Mereka berangkat dari malam, sampainya jam 11 siang. Ini perjalanan yang melelahkan, kalau naik pesawat ini sampai di Jepang,” terangnya.
Khusus di zona 7 Kuta Selatan, proses perjalanan memang menjadi tantangan yang berarti. Sebab lalu lintas dari Kuta Selatan sangat sering macet pada saat hari biasa, apalagi hal itu ditambah dengan membawa ogoh-ogoh. Kondisi ogoh-ogoh yang dibawa menggunakan mobil juga tentu cukup tinggi sehingga rawan tersangkut kabel dan dahan pohon. Hal itu seyogyanya mendapatkan atensi khusus, baik berupa pengawalan maupun pensterilan jalur-jalur yang dilalui agar memudahkan.
Sebab hal itu dapat membuat kondisi ogoh-ogoh rusak dan kenyataanya memang hal itu terjadi dan dialami oleh Yowana Banjar Bualu yang bagian ogoh-ogohnya patah. Saat mendatangi Yowana Pecatu di lokasi, ia juga mendapatkan keluhan terkait tempat pelaksanaan acara yang tidak menyediakan rigging seperti yang dijanjikan, sehingga cukup menyulitkan pemindahan ogoh-ogoh.
Kendati demikian, pihaknya mengapresiasi maksud dari pelaksanaan pawai ogoh-ogoh di Puspem Badung. Segala keluhan yang muncul perlu direspon dengan pembenahan dan evaluasi penyelenggaraan kedepannya. Baik dari kesiapan jalur rute dilalui, lokasi pelaksanaan maupun fasilitas yang diperlukan. Ia menyarankan agar pelaksanaan pawai dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata, sehingga hal itu menjadi daya tarik bagi kunjungan wisata yang secara otomatis menambah PAD. “Kalau dilaksanakan di obyek wisata ini akan bagus karena sekaligus menjadi daya tarik wisata. Kalau di Puspem saya rasa terlalu eksklusif dan jauh bagi wisatawan. Yang terpenting jalur melintas menuju arena lomba ini harus disiapkan secara matang,” pungkasnya.
Terpisah. Ketua ST Dharma Pertiwi Banjar Kauh Desa Pecatu, Putu Bayu Dea Laksana mengaku membawa ogoh-ogoh dari Pecatu dari pukul 23 WITA dan tiba di Puspem Badung pukul 11.30 WITA. Kendala utama yang dihadapi adalah kabel melintang dan pohon yang kurang dirompes. “Jangankan yang jauh di Pecatu, di sekitar Puspem itu juga kurang dirapikan,” ungkapnya. (MBP)