Tiga Terowongan Spiritual, “Gua Tapa Siddhi Tohlangkir” Desa Dukuh Kubu

 Tiga Terowongan Spiritual, “Gua Tapa Siddhi Tohlangkir” Desa Dukuh Kubu

Kawasan Gua Tapa Siddhi Tohlangkir, Desa Dukuh, Kubu, Karangasem.

AMLAPURA – baliprawara.com

Desa Wisata Dukuh Kubu, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, memiliki potensi wisata spiritual yang tentu bisa menjadi referensi untuk dikunjungi, yakni Gua Tapa Siddhi Tohlangkir. Di lokasi yang berada di kaki gunung Agung ini, terdapat tiga buah Gua yang masing-masing mengeluarkan hawa berbeda.

Untuk mencapai lokasi Gua, dari pusat desa, bisa ditempuh sekitar 20 menit dengan kendaraan sepeda motor maupun mobil. Keberadaan tiga Gua ini, dipercaya sebagai terowongan spiritual. “Di lokasi ini ada sebanyak 3 titik lubang yang dikatakan gua, dimana tiga lubang ini, keberadaan saling berdekatan, dengan diameter sekitar 50 cm. Gua Tapa Siddhi Tohlangkir ini, kini banyak dikunjungi warga maupun wisatawan yang senang berwisata spiritual,” kata Ketua Desa Wisata Dukuh Kubu, I Ketut Mudiada, Selasa 17 Januari 2023.

Lebih lanjut dikatakan Mudiada, dari dalam lubang Gua ini, masing-masing dapat dirasakan ada keluar hembusan hangat, dan keluar hembusan dingin. Sedangkan, salah satu lubang bahkan mengeluarkan abu vulkanik. Meski untuk kedalaman tidak diketahui secara pasti karena tidak pernah diukur, nanun keberadaan Gua ini cukup menarik untuk dikunjungi. “Di salah satu lubang, sempat ada abu keluar saat erupsi Gunung Agung tahun 2017 lalu. Bila dilihat, tiga lobang ini merupakan tunnel atau terowongan yang terhubung dengan kawah gunung Agung,” ucapnya.

Diungkapkan, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem, yang sudah resmi ditetapkan menjadi desa wisata dengan nama Desa Wisata Dukuh Kubu, saat ini tingkat kunjungan ke Desa Dukuh Kubu, cukup banyak. Terutama untuk wisata pendakian ke puncak.Gunung Agung. Sebagian besar kata dia, wisatawan atau peminatnya merupakan wisatawan mancanegara, terutama asal Eropa.

Terkait wisata pendakian, lokasi desa yang berada di tanah tandus nan panas, tentu menjadi tantangan tersendiri untuk melakukan pendakian ke puncak Gunung Agung. “Yang menjadi andalan di desa ini, yakni wisata pendakian. Selain itu, juga ada wisata kreatif, seperti produksi Arak, Gula Merah, Kacang Mete. Disini juga ada wisata edukasi untuk produksi langsung, tapi dalam skala kecil,” ucapnya. 

See also  Pembukaan Objek Wisata, Pemkab Karangasem Tunggu Keputusan Pusat

Lebih lanjut dikatakan Mudiada yang juga Ketua APGI (Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia) Bali, pendakian ke puncak Gunung Agung, memang memiliki kondisi jalur yang sangat berbeda dengan jalur di Pasar Agung dan Besakih. Tentunya dengan kondisi yang lebih panas dan melewati jalur yang tandus, akan menjadi tantangan bagi pendaki. Namun demikian, jalur pendakian dari lokasi Desa Dukuh Kubu ini, ternyata juga sangat diminati wisatawan, terutama bagi wisatawan Asal Eropa.

“Wisata pendakian gunung Agung, melalui akses Desa Dukuh Kubu, kami memiliki yang namanya DBS (Dukuh Bujangga Sakti) tracking center. Kami siap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan yang ingin mendaki ke puncak Gunung Agung, melalui jalur Dukuh Kubu,” kata Mudiada, menambahkan.

Untuk paket yang ditawarkan, di Desa Wisata ini, ada paket trekking jarak dekat dan paket trekking ke puncak Gunung Agung. Untuk ke puncak Gunung Agung, ada paket DBS tracking with camp selama dua hari 1 malam, dengan camping di ketinggian sekitar 1750 mdpl. Untuk harga paket overnight, harganya untuk Wisatawan Mancanegara yakni $140 per orang, minimal dua orang. Sementara  untuk domestik harganya sekitar Rp 1,5 juta per orang. 

“Ada camping ground disana. Tapi memang biayanya agak mahal, karena kita perlu porter, guide, dan peralatan serta konsumsi. Tapi jalur kami memang berbeda dengan yang ada di lingkar gunung agung. Seperti Besakih, Pasar Agung dan lainnya, yang mana jalur dari Dukuh Kubu, hawanya cukup panas. Namun, untuk di Dukuh ini, keunggulannya ada savana, atau padang rumput,” terangnya.

See also  Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Kabupaten Badung

Bagi wisatawan yang tidak mau mendaki, disana juga ada rumah segitiga, yang bisa menjadi alternatif untuk bermalam sambil menyalakan api unggun. Dengan view sunrise di pagi hari, wisatawan juga bisa tracking di sana. Rumah segitiga ini ukurannya mungil berbahan kayu, dengan kapasitas dua orang. Di lokasi ini, ada dua unit rumah segitiga yang disiapkan.

“Untuk harga rumah segitiga, saat ini masih promo, yakni Rp 160 ribu per unit, semalam. Fasilitas yang disediakan, ada tempat tidur dan tambahan air mineral. Selain menikmati matahari terbit saat pagi hari, wisatawan juga bisa tracking di sekitar rumah segitiga, menuju kawasan hutan setempat,” ucapnya. (MBP)

 

redaksi

Related post