Kolaborasi GAIN, Bapanas, Kemenkes, PIKAT, dan SOS Uji Coba Penyelamatan Pangan di Bali, Re-Distribusi Makanan Bagi Anak Sekolah
DENPASAR – baliprawara.com
Sebuah langkah konkret untuk ketahanan pangan dan penanganan masalah gizi di Indonesia, diuji coba di Bali yang dimulai, Selasa 29 Oktober 2024. Peluncuran penyelamatan pangan ini, sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi pemborosan pangan.
Uji coba ini diinisiasi oleh Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Pusat Inovasi Kesehatan (PIKAT), dan Scholars of Sustenance Indonesia (SOS) Bali. Inisiatif ini diharapkan dapat menemukan mekanisme yang efektif dalam meningkatkan efisiensi pemanfaatan pangan sekaligus mendukung peningkatan gizi masyarakat, khususnya untuk anak-anak sekolah.
Peluncuran di Denpasar ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis, S.P., M.Si., yang membuka acara resmi. Hadir pula perwakilan dari Direktorat Gizi KIA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, GAIN, dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dari Provinsi Bali, Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Karangasem, termasuk Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, serta Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Dukungan terhadap pilot project ini juga datang dari sektor swasta, seperti hotel, restoran, ritel, dan agroindustri, serta akademisi Universitas Udayana dan Poltekkes Kemenkes Denpasar, untuk bersama-sama memperkuat ketahanan pangan di Bali secara berkelanjutan.
Mengembangkan Mekanisme Redistribusi yang Berkelanjutan untuk Gizi Sekolah
Menanggapi tingkat pemborosan pangan yang tinggi di Indonesia, diperkirakan mencapai 45-112 juta ton per tahun pada 2045. Uji coba kolaboratif ini dirancang untuk menemukan sistem penyelamatan pangan yang sistematis melalui kemitraan lokal agar pangan yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah dengan mengintegrasikan pemilahan dan redistribusi pangan dengan perencanaan menu Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA).
Nita Yulianis selaku Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional, juga menyoroti bahwa sekitar 40% sampah di tempat pembuangan akhir adalah sampah organik yang berasal dari pemborosan pangan. Uji coba sangat diapresiasi untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan melalui pemanfaatan pangan yang lebih efisien.
Prof. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes., DrPH, Ketua Pusat Inovasi Kesehatan, menyampaikan bahwa pendekatan riset dalam konteks ini masih tergolong baru dan penting untuk dikembangkan. Riset dalam program ini bertujuan mengidentifikasi titik kritis pada proses pengumpulan, pengolahan, dan distribusi surplus pangan. “Melalui pemetaan kritis ini, kami berharap dapat menyusun rekomendasi yang lebih baik terkait kualitas pangan dan regulasi pendukung. Pendekatan ini unik karena menekankan penelitian komprehensif untuk mengevaluasi setiap tahap agar hasilnya lebih tepat sasaran,” ujarnya.
Prof. Pande juga mengapresiasi dukungan dari GAIN Indonesia, Bapanas, Kemenkes, dan OPD Bali dalam mewujudkan model redistribusi pangan yang efektif.
Kolaborasi Lintas Sektor menjadi Inti dari Uji Coba Penyelamatan Pangan
Inisiatif penyelamatan pangan diharapkan dapat memperkuat jaringan distribusi pangan lokal melalui kemitraan pemerintah, komunitas, dan sektor swasta, termasuk hotel dan ritel, sebagai pemasok makanan tambahan bagi sekolah yang membutuhkan.
dr. Agnes A. Mallipu, Country Director GAIN Indonesia, menggarisbawahi bahwa peluncuran uji coba ini adalah contoh nyata kolaborasi. “Ini adalah langkah konkrit memperkuat ketahanan pangan sambil menjaga keberlanjutan lingkungan. Bali, sebagai wilayah pariwisata dengan surplus pangan, memiliki potensi besar untuk mendukung ketahanan pangan lokal,” ucapnya.
Dr. Hera Nurlita, S.Si., M.Kes., dari Direktorat Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI, menekankan bahwa mekanisme redistribusi pangan dapat menjadi solusi efektif untuk meningkatkan akses terhadap pangan bergizi, sekaligus memperkenalkan cara konsumsi yang sehat.
Uji coba akan dilaksanakan di SDN 2 Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali, pada bulan November hingga Desember 2024. Sekolah ini akan menjadii contoh penerapan model redistribusi pangan berkelanjutan untuk mendukung gizi anak sekolah. Acara peluncuran juga meliputi dua sesi talkshow, yang pertama mengenai optimalisasi pangan berlebih dan peran industri lokal dalam redistribusi makanan, dan yang kedua tentang pangan lokal dan edukasi gizi di sekolah.
Dengan keberhasilan uji coba ini, kolaborasi ini dapat merekomendasikan mekanisme redistribusi pangan yang efektif untuk peningkatan gizi anak sekolah. (MBP)