Agro Techno Park, Akankah Mampu Perkecil Ketimpangan Badung Utara dan Selatan?
MANGUPURA – baliprawara.com
Ketimpangan pembangunan Badung selatan dan utara memang fakta yang sulit dielakkan. Wajar, karena Badung selatan sudah dari dulu jadi daerah pariwisata. Ibarat ada gula ada semut, wilayah Badung selatan seperti Kuta, Legian, Nusa Dua dan Pecatu selalu diincar wisatawan sekaligus investor.
Dinamisnya perkembangan pariwisata Badung selatan tentu harus dibarengi kecakapan pemerintah dalam hal infrastruktur. Sebagai etalasenya Kabupaten Badung bahkan Provinsi Bali dan Indonesia, kawasan Badung selatan mau tak mau harus terus dibenahi. Bagai iklan, pemerintah pastinya berusaha menampilkan kecantikan sang model agar produknya laris manis di pasaran. Maka lihat saja betapa masifnya pembangunan di Badung selatan sejak beberapa tahun terakhir. Tidak hanya oleh Pemkab Badung, Pemprov Bali hingga pusat turun tangan memoles kawasan ini.
Akibat besarnya kebutuhan dan perhatian terhadap infrastruktur Badung selatan, publik menilai Badung utara dianaktirikan. Ketimpangan pembangunan jadi sorotan. Apalagi sebagian besar Badung utara terdiri atas kawasan pertanian dan nyaris tak punya objek wisata andalan yang bisa mendatangkan dolar sebanyak objek wisata di Badung selatan.
Namun, di bawah kepemimpinan Bupati I Nyoman Giri Prasta, Pemkab Badung terlihat memberikan perhatian lebih terhadap pembangunan Badung utara. Tujuannya, mengangkat potensi wilayah dan memperkecil ketimpangan dengan Badung selatan. Banyak pihak mengapresiasi upaya Pemkab Badung membangkitkan potensi Badung utara ini karena sektor pertanian yang selama ini jadi tumpuan tetap dinomorsatukan dan diupayakan disinergikan dengan pariwisata.
Simak saja bagaimana keseriusan Pemkab Badung dalam pembangunan Agro Techno Park (ATP) di Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang. Bupati Giri Prasta tegas menyatakan proyek ini salah satu program unggulan dari Pemkab Badung. Dengan luas lahan keseluruhan 14,8 hektar, ATP digadang-gadang mampu mengubah paradigma dari pola pertanian konvensional menuju pola pertanian modern dengan penerapan teknologi tepat guna.
Pada rapat koordinasi pembahasan hasil penyusunan detail engineering design (DED) ATP dengan melibatkan seluruh tim konsultan dari Universitas Udayana yang bertugas memberikan bantuan dalam penyusunan DED, Rabu (4/3), Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kabupaten Badung I Wayan Suambara selaku Ketua Tim Koordinasi Pembangunan dan Pengembangan ATP menyampaikan, di samping menjadi kawasan pengembangan pertanian kopi dengan menerapkan teknologi pertanian tepat guna, ATP diharapkan mampu menjadi objek wisata baru di wilayah Badung utara.
Tak tanggung-tanggung, dari pemaparan tim konsultan, diketahui bahwa ATP akan dijadikan kawasan agrowisata terpadu. Di dalam kawasan akan dibangun taman bunga, tempat pengolahan kopi dari hulu ke hilir, laboratorium pertanian, tempat perkemahan, ruang pertemuan, anjungan selfie, open stage dan chapel. Apabila pengunjung ingin berwisata menikmati panorama alam sekitar di kawasan ATP, pihak pengelola akan menyediakan sistem transportasi terpadu.
Soal keberpihakan kepada rakyat, Suambara memastikan ke depannya petani akan menjadi pemilik dari ATP sehingga diharapkan para petani yang tanahnya disewa oleh Pemkab Badung akan membentuk koperasi dalam satu badan hukum yang bekerja sama dengan perusahaan umum daerah (perumda) yang dibentuk oleh Pemkab. Koperasi petani dengan perumda inilah yang akan membentuk badan usaha yang diharapkan bisa mengelola ATP sehingga akan ada multiplier effect.
Sementara itu, Bupati Giri Prasta menekankan pentingnya pematangan perencanaan. Dia tidak mau terburu-buru membangun, namun pada akhirnya berujung kegagalan. Perencanaan harus jelas dan matang sehingga eksekusinya akan lebih mudah dan tujuan pembangunan tercapai.
Giri Prasta juga memaparkan, ATP akan diintegritasikan dengan objek wisata Yeh Panas Penikit, Dam Sidan serta Taman Bumi Banten di kawasan Pura Pucak Tedung, Sulangai. Dengan begitu, tercipta kawasan agro dan ekowisata terpadu di Badung utara.
“Ini langkah kongkrit kita untuk mengkolaborasikan industri pariwisata dengan pertanian di Kabupaten Badung. Saya juga mengharapkan kita bisa segera membangun laboratorium pertanian di kawasan ATP. Kalau itu terwujud, kita akan datangkan tim ahli pertanian dari Jepang untuk melakukan kajian terhadap topografi wilayah yang meliputi pengecekan suhu, tingkat keasaman dan kesuburan tanah sehingga dari hasil itu kita bisa menentukan komoditas apa yang cocok dikembangkan di wilayah Badung utara, tengah dan selatan,” tegas Giri Prasta. (praw2)