Pameran Bareng, Suastama dan Duatmika Berbagi Kerinduan Masa Kecil di Santrian Art Gallery

 Pameran Bareng, Suastama dan Duatmika Berbagi Kerinduan Masa Kecil di Santrian Art Gallery

Suastama (kiri) dan Duatmika (kanan).

DENPASAR – baliprawara.com

Santrian Art Gallery Sanur kembali menyuguhkan karya seni lukis para perupa kenamaan dalam pameran senirupa. Kali ini dua pelukis tampil bareng dengan karya-karya elegan.

Dia adalah I Wayan Suastama, pelukis asal Tabanan dan Made Duatmika, pelukis dari Jembrana yang masing-masing menampilkan 16 karya.

“Path of Time, a Returning” atau Jejak Waktu, Masa Kembali, demikian tajuk pameran mereka. Dibuka perupa I Made Djirna Jumat 10 Januari 2025, pameran berlangsung hingga 28 Februari 2025 mendatang.

Kurator Dian Dewi Reich dalam tulisannya menyampaikan, dalam pameran duet ini Suastama dan Duatmika berbagi kerinduan akan kenangan-kenangan masa kecil, dengan hal-hal yang tidak lagi sama seperti masa kanak-kanak mereka.

Duatmika dan Wayan Suastama, dua sahabat yang telah lama terlibat dalam lingkaran seni yang sama sejak muda, berbagi kenangan-kenangan dari latar belakang kehidupan di desa. Duatmika berasal dari Jembrana dan Suastama dari Tabanan, masing- masing dengan budaya lokal yang sama meskipun berbeda. Kedua anggota Militant Art Group ini, kini tampil bersama dalam sebuah pameran.

Kedua seniman merasakan kerinduan terhadap “masa lalu,” bukan hanya rumah tinggal yang merupakan tempat fisik, tetapi sebagai masa kenangan akan rumah masa kecil yang kini terasa berbeda. Kerinduan ini menjadi benang merah dalam karya mereka.

Made Duatmika mengungkapkan kenangan masa kecilnya dengan warna dan emosi yang sangat ekspresif, dengan fokus pada kerbau air, sebuah simbol budaya Jembrana. Karyanya memadukan kesederhanaan memori-memori yang sangat polos dengan teknik warna dan tekstur yang matang. Dalam seri Path of Time, a Returning ini, Duatmika mengkomunikasikan kenangan masa lalu dengan humor dan kehangatan, menciptakan karya yang penuh dengan keceriaan dan nostalgia.

See also  ITB STIKOM Bali Wisuda 581 Mahasiswa, Rata-rata Masa Tunggu Alumni Hanya 40 Hari

Sementara Suastama, yang terinspirasi dari filosofi Hulu-Teben di Tabanan, menggabungkan elemen tradisional dengan eksplorasi imajinatif yang bebas. Karya-karyanya menunjukkan keseimbangan antara manusia, alam, dan hewan. Kemungkinan bisa diterjemahkan simbol-simbol seperti harimau sebagai lambang kekuatan dan keseimbangan ekosistem yang kini rapuh. Emas dalam karyanya berkesan nilai kehidupan yang berharga dan hubungan spiritual antara semua makhluk hidup.

Meskipun Duatmika dan Suastama memiliki pengalaman hidup yang berbeda, keduanya berbagi kerinduan untuk kembali ke rumah, ke desa, ke masa yang lalu. Karya mereka, yang berakar pada kenangan masa kecil, menyampaikan perasaan ini, dalam cara yang saling melengkapi. Pameran ini menyoroti pentingnya menjaga warisan budaya dan mengingatkan kita akan kerinduan terhadap kesederhanaan yang semakin sulit ditemukan. (MBP2)

Made Subrata

Related post