Persembahan Gebogan Buah di Uluwatu Jadi Daya Tarik Wisata

Video prosesi persembahan gebogan buah di Uluwatu, Sabtu (12/10/2019).

Mangupura (Bali Prawara)-
Desa Adat Pecatu, kembali menggelar persembahan untuk kawanan kera yang ada di Objek wisata kawasan luar Pura Uluwatu, Sabtu (12/10/2019). Prosesi ini rutin digelar setiap enam bulan sekali, bertepatan dengan hari raya Tumpek Uye atau Tumpek Kandang. Bahkan prosesi ini juga menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung saat itu.

Menurut Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta, ini menjadi moment untuk memberikan suatu persembahan kepada binatang khususnya untuk kera yang ada di Uluwatu berupa persembahan gebogan buah. Untuk kali ini, menggunakan dua gebogan buah karena jumlah popupasi monyet yang terus bertambah.

Meski demikian, pihaknya menegaskan, untuk pemberian buah maupun makanan, tidak hanya saat perayaan Tumpek Uye saja dilakukan. Namun kata dia, pemberian makana rutin diberikan setiap hari, bahkan kera ini sangat diperhatikan. Sehingga sampai saat ini, tingkat kenakalannya sangat turun drastis. “Mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah kita sangat memperhatikan keberadaan mereka dengan memberikan makanan yang cukup dan pariatif,” katanya.

Diungkapkannya, prosesi ini menjadi salah satu yang dinamakan Wenara Kertih selain juga nanti terkait Wana Kertih atau hutan yang ada disana akan terus diperhatikan. Seperti penanaman pohon bekul yang memang cocok hidup di kawasan tandus Pecatu. Sehingga buah dari tanaman bekul ini kedepan bisa menjadi tambahan makanan saat musim kemarau tiba untuk kawanan kera yang ada disana. “Kami berharap, nanti pohon bekul besar yang ada di pekarangan rumah warga, bisa dipindahkan ke hutan kawasan Uluwatu ini,” pungkasnya.

Jumlah populasi kera di kawasan Uluwatu saat ini kata dia ada sebanyak 350 ekor. Kedepan pihaknya akan merancang, agar kera yang masih “kreatif” akan diberikan edukasi melalui penanganan khusus. Sehingga setelah diberikan penanganan, saat dilepas kembali, akan bisa menularkan kebiasaan yang baik untuk kawanan kelompok kera yang ada.

See also  KLA Project Ajak Penonton Bernostalgia di Pesta Rakyat HUT Mangupura

Di kawasan ini juga akan ditambah keberadaan hewan selain monyet. Namun ini akan dikoordinasikan dengan pihak terkait yang mengerti dengan prilaku hewan, agar diketahui hewan apa yang cocok disana. Apakah nanti akan dilepas Kijang atau Rusa. “Kita sudah berkomunikasi dengan pemda Badung. Sehingga nanti satwa disini akan bisa bertambah,” ujarnya.

Manager Pengelola Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu, Wayan Wijana mengungkapkan, untuk prosesi tumpek kandang, memang rutin dilakukan. Salah satu satwa berupa kera yang dilestarikan di UIluwatu diberikan persembahan sebagai rasa terimakasih. Karena kera yang ada di Uluwatu sebagai salah satu daya tarik wisatawan. Untuk itu pihaknya sangat menghormati dengan menjalankan konsep tri hita karana. Karena bagaimanapun juga pariwisata yang ada di Bali dan Uluwatu pada khususnya, berlandaskan alam dan budaya.

Untuk kedepan di kawasan Uluwatu akan disiapkan klinik yang representatif, ambulan yang standby 24 jam dan perawat. Apabila ada kejadian yang emergency akan bisa segera di atensi. Sementara untuk infrastruktur sudah dirancang, mana yang bisa diambil dari kas pura, mana yang akan dikomunikasikan dengan pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi. Sehingga nanti kawasan ini bisa menjadi kawasna yang cukup nyaman untuk dikunjungi.

Salah seorang peneliti, Kristin Dun dari Universitas Kanada mengatakan, di kawasan Uluwatu, sebelumnya ada sebanyak 5 grup kera. Seiring bertambahnya populasi, saat ini sudah bertambah menjadi 6 grup. Dan masing masing grup, kata dia selalu kompak dan bergerak bersama untuk mencari makanannya. “Monyet yang ada di kawasan Uluwatu ini semuanya sehat. Bahkan, mereka tidak agresif, namun cerdas. Selama ini untuk makanan, mereka selalu terjamin,” pungkasnya. (praw1)

See also  63 Ribu Lebih UMKM dan IKM Manfaatkan Diskon Tambah Daya Listrik "Super Merdeka"

prawarautama

Related post